ILUSTRASI. Warga menggunakan fasilitas tempat cuci tangan umum di area Stasiun Bekasi, Jawa Barat, Senin (23/3/2020). Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi menyediakan enam wastafel portable di sejumlah titik keramaian guna menekan penyebaran Corona Virus Disease (COVID-1
Sudah delapan bulan sejak infeksi virus corona terdeteksi di Wuhan, China, dan virus ini masih terus menyebar ke seulurh penjuru dunia. Sudah tidak terhitung pula masalah sosial dan ekonomi yang muncul akibat wabah ini.
Penelitian terbaru dari PBB mengungkap bahwa kurangnya akses menuju air bersih jadi salah satu penyebab kasus infeksi masih terus terjadi sampai saat ini. Setidaknya dua dari lima orang di dunia ini tidak mampu mengakses air bersih.
Seperti sudah dikampanyekan oleh WHO sejak beberapa bulan lalu, mencuci tangan adalah salah satu cara paling efektif untuk membatasi penyebaran virus corona. Kelompok UN-Water dari PBB mengungkap bahwa saat ini sekitar 3 miliar orang tidak memiliki akses ke air yang mengalir dan sabun di rumah mereka.
Bukan cuma itu, 4 orang lainnya di dunia ini juga mengalami kesulitan air bersih selama satu bulan setiap tahunnya.
“Ini adalah situasi bencana bagi orang yang hidup tanpa akses ke air bersih dan sanitasi yang dikelola dengan aman. Kurangnya perhatian di bidang ini telah membuat miliaran orang rentan dan sekarang kita sedang menghadapi konsekuensinya,” ungkap ketua UN-Water, Gilbert F. Houngbo kepada Bloomberg.
Penundaan investasi di bidang sanitasi dan air bersih selama bertahun-tahun membuat banyak orang rentan terinfeksi virus corona. Bahkan bagi mereka yang sudah sembuh pun, poteni tertular kembali masih tetap tinggi.
Houngbo mengatakan bahwa dunia perlu menghabiskan $6,7 triliun untuk membangun infrastruktur air sampai tahun 2030 nanti. Infrastruktur terkait air bersih ini tidak hanya untuk kebutuhan sanitasi, tetapi juga untuk mengatasi masalah jangka panjang dari kasus pandemi semacam ini serta mencegah potensi krisis pangan di masa mendatang.
Untuk mengatasi masalah ini, beberapa perusahaan telah turun tangan untuk menawarkan solusi. Dari Jepang, ada Lixil Group Corp. yang memiliki merek seperti American Standard dan Grohe. Perusahaan ini bekerja sama dengan UNICEF dan sejumlah mitra lainnya untuk membuat perangkat cuci tangan sederhana yang hanya membutuhkan sedikit air dan mudah dibawa.
Dengan modal sekitar $1 juta, mereka mampu membuat 500.000 unit perangkat tadi dan disumbangkan ke 2,5 juta orang di India secara gratis sebelum mulai dijual secara resmi.