PEMERINTAH daerah mulai melaporkan adanya kasus diare yang merebak saat musim kemarau. Direktur Jenderal Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono menuturkan kasus diare saat musim kemarau erat kaitannya dengan kekeringan dan masalah kebersihan di masyarakat. “Kasus diare dilaporkan meningkat di beberapa daerah. Meski bukan satu-satunya penyebab diare adalah musim kemarau dan atau kekeringan yang saat ini terjadi di Indonesia,” terang Anung ketika dihubungi Media Indonesia, di Jakarta, Kamis (21/8).
Ia menjelaskan debit dan volume air saat musim kemarau pada umumnya menurun, baik air bersih maupun air minum. Perilaku masyarakat dalam penggunaan air untuk cuci tangan, buang air besar, dan lain-lain secara bersamaan menggunakan air yang kotor, akan menjadi persoalan higienitas serta berdampak kurang baik untuk kesehatan.
Jumlah Titik Api 2019 Lebihi 2018 Anung juga menjelaskan dengan menurunnya debit atau volume air di sungai, konsentrasi bakteri seperti e-coli, salah satu yang menjadi penyebab diare, makin tinggi. Oleh karena itu, risiko penularan dan potensi untuk menjadi sumber infeksi akan semakin besar. Ditambah lagi dengan banyaknya debu saat musim kemarau yang mengandung kuman penyakit. Hal itu menjadi faktor-faktor tingginya kasus diare saat kemarau. Untuk mencegah semakin banyaknya kasus diare, Kementerian Kesehatan mengimbau seluruh komponen masyarakat untuk tetap menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, memakai masker saat berada diluar rumah, dan tetap menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi sayur buah secara optimal.
Sumber : https://mediaindonesia.com/humaniora/254794/masalah-sanitasi-picu-merebaknya-diare-saat-kemarau