KOMPAS.com – Salah satu faktor penting dari rumah sehat adalah memiliki sistem sanitasi yang bersih dan terawat. Untuk mewujudkannya, penghuni rumah wajib membersihkan toilet secara rutin. Selain menjaga kebersihan toilet, penghuni rumah juga perlu memastikan air limbah domestik yang dihasilkan dapat terolah dengan baik. Tujuannya, agar air tanah tidak tercemar. Salah satu jenis pengolahan air limbah domestik yang umum dilakukan adalah pembersihan atau penyedotan tangki septik. Selain itu, tangki septik juga harus kedap air dan memiliki pengolahan lanjutan. Meski begitu, masih banyak orang yang abai akan hal ini. Persepsi yang selama ini beredar di masyarakat adalah semakin lama tangki septik tidak disedot, semakin baik pula kualitasnya. Faktanya, persepsi ini tidak benar. Pasalnya, penyedotan lumpur tinja di tangki septik merupakan salah satu syarat mutlak untuk memastikan tangki septik dapat berfungsi dengan baik. Dengan dilakukannya penyedotan tangki septik secara berkala, yakni minimum tiga tahun sekali, Anda telah memastikan bahwa air limbah domestik yang dihasilkan dapat terolah dengan baik. Dampak tangki septik tidak disedot Tangki septik memerlukan ruang yang cukup untuk dapat mengolah air limbah domestik.
Jika lumpur tinja hasil pengolahan tidak disedot atau tangki septik tidak kedap, air limbah domestik dari toilet akan langsung keluar dari tangki septik tanpa sempat terolah. Padahal, air limbah domestik tersebut mengandung banyak mikroorganisme penyebab penyakit yang berdampak bagi kesehatan manusia. Penyakit-penyakit berbasis air, seperti tifus, diare, dan disentri yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thyposa, Escherichia coli, serta Shigella sering terjadi karena air tanah tercemar oleh air limbah domestik. Adapun diare merupakan salah satu dampak kesehatan yang paling sering dialami masyarakat akibat sanitasi buruk. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, sekitar 432.000 kematian di seluruh dunia terjadi setiap tahun akibat diare. Tak jarang, masyarakat masih mengasosiasikan tifus, diare, dan disentri dengan salah konsumsi makanan.
Padahal, penyakit-penyakit ini disebabkan oleh pencemaran air limbah domestik di sumber air yang masyarakat gunakan. Pengolahan lumpur tinja di IPLT Selain memastikan bahwa lumpur tinja disedot secara berkala, Anda juga perlu memastikan bahwa truk tinja yang menyedot tangki septik membawa lumpur ke Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Pasalnya, lumpur tinja memerlukan pengolahan lebih lanjut sebelum aman dibuang ke lingkungan. Hal ini sekaligus untuk mencegah pencemaran lingkungan dan penyebaran penyakit. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya pun mendukung pemerintah daerah (pemda), khususnya kabupaten dan kota dalam menyediakan infrastruktur IPLT beserta penyediaan truk tinja. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan air limbah domestik diolah dengan baik.
Untuk membantu memastikan terlaksananya pelayanan penyedotan dan pengolahan lumpur tinja, Ditjen Cipta Karya juga melakukan pendampingan kepada pemda untuk menyiapkan penerapan penyedotan lumpur tinja secara berkala. Upaya itu dikenal dengan layanan lumpur tinja terjadwal (LLTT) untuk mendukung pengoptimalan penyediaan akses pelayanan penyedotan kepada masyarakat. Ditjen Cipta Karya pun mengajak masyarakat untuk menjaga kualitas lingkungan dan kesehatan dengan memastikan tangki septik yang dimiliki sudah kedap air atau memenuhi standar teknis. Masyarakat juga diimbau untuk melakukan sedot lumpur tinja secara berkala untuk selanjutnya diolah di IPLT.
Sumber : https://biz.kompas.com/read/2021/12/30/193000528/pentingnya-sedot-tinja-bagi-kesehatan-penghuni-rumah