Pascabencana tsunami di Selat Sunda yang menerjang provinsi Banten dan Lampung, banyak korban masih dalam pengungsian. Minimnya akses sanitasi dan air bersih, kondisi lingkungan, makanan dan minuman yang kurang memadai menyebabkan mereka rentan terhadap berbagai penyakit.
Laporan sejumlah dokter dari beberapa lokasi bencana menyebutkan, terdapat 3 penyakit utama yang ditemukan di pengungsian saat ini, yaitu diare, infeksi saluran nafas atas (ispa) dan gangguan kulit berupa keluhan gatal-gatal.
“Saat ini memang sebagian besar dari tempat pengungsian padat dengan pengungsi terutama pada malam hari,” kata dokter spesialis penyakit dalam konsultan, Prof Ari Fahrial Syam, dalam keterangan resminya di Jakarta, Sabtu (29/12).
Menurut Ari yang juga adalah Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, permasalahan lain pasca tsunami di Selat Sunda ini adalah kondisi mandi cuci kakus (MCK) yang tidak memadai, dan kebersihan lokasi pengungsian yang kurang diperhatikan. Masalah kebersihan dan kesehatan lingkungan bagi para pengungsi ini harus menjadi perhatian. Sebab para pengungsi terutama lansia, anak-anak, dan ibu hamil paling rentan terhadap berbagai penyakit. Faktor yang berperan terjadinya penyakit adalah daya tahan tubuh, kuman dan lingkungan.
Dijelaskan Ari, faktor daya tahan tubuh para pengungsi dapat menurun mengingat kondisi makan dan minum yang kurang memadai, selain itu faktor istirahat yang terbatas. Dalam kondisi rasa cemas akan berulangnya bencana tsunami atau meletusnya gunung berapi Anak Krakatau, para korban juga memikirkan harta benda dan anggota keluarga yang hilang. Situasi ini menyebabkan para pengungsi tidak bisa beristirahat dengan tenang.
“Kondisi stres sendiri tentu juga akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang, karena stress membuat orang kurang nafsu makan dan susah tidur,” kata Ari.
Faktor lingkungan yang tidak sehat juga tentu menyebabkan kondisi para pengungsi menjadi rentan terjangkit penyakit infeksi. Sampah yang berserakan dan kondisi MCK yang terbatas akan sangat mempengaruhi kondisi para pengungsi.
Oleh karena itu harus diambil langkah-langkah untuk mengurangi penderitaan para pengungsi dan mengurangi dampak buruk akibat kondisi daya tahan tubuh yang menurun dan kondisi pengungsian yang tidak memadai.
Ari menyarankan, beberapa upaya yang harus dilakukan. Paling pertama adalah harus dipastikan para pengungsi mendapat makanan dan minuman yang cukup selama berada di pengungsian. Persedian air bersih untuk minum harus mencukupi. Kemudiian dapur-dapur umum yang tersedia selalu mendapat suplai bahan makanan dan air bersih yang memadai untuk masak dan minum.
Hindari mengonsumsi makanan matang yang sudah lewat waktu tanpa dihangatkan kembali untuk mencegah keracunan makanan. Diusahakan makanan yang dikonsumsi dalam keadaan segar. Tidak lupa cuci tangan pakai sabun atau hand antiseptic untuk menghindari infeksi usus.
Diusahakan agar kondisi tempat pengungsian dibuat senyaman mungkin. Tersedia alas tidur yang memadai dan juga selimut agar tubuh para pengungsi terutama orang tua dan anak-anak tetap terlindungi terutama dari angin malam. Tim dokter yang berapa di sejumlah lokasi melaporkan terdapat keterbatasan selimut dan baju dingin.
“Bantuan harus difokuskan untuk penyediaan baju dingin dan selimut untuk para pengungsi agar terhindar dari paparan langsung dengan udara luar yang dingin,” kata Ari.
Juga kebersihan lingkungan pengungsian harus selalu terjaga dengan tersedianya tempat-tempat sampah disekitar lokasi pengungsian. Lokasi sekitar juga rutin dibersihkan dengan antiseptik. Para pengungsi muda dapat dikoordinasikan untuk menjaga kebersihan lingkungan.
Sarana MCK yang memadai dengan persediaan air yang cukup tentu juga tersedianya sabun dan peralatan mandi lain. Untuk para pengungsi khususnya anak-anak dan orang tua diberikan suplemen yang berisi multivitamin dan mineral mengingat keterbatasan makanan dan minuman dengan zat gizi yang lengkap yang bisa dikonsumsi sehari-hari.
Perlu stok obat-obat sederhana, obat penurun panas, obat anti diare, obat sakit kepala dan oralit. Bagi anak-anak perlu upaya untuk melakukan trauma healing dengan pengadaan buku-buku bacaan, mainan anak-anak dan kelompok-kelompok bermain untuk anak-anak dan mencegah anak-anak bermain diluar di bekas bencana yang masih berantakan.
Tujuan dari tindakan ini semua tentunya untuk mencegah agar para pengungsi jangan jatuh sakit dan tetap berada dalam keadaan sehat. Selain itu juga mencegah terjadinya kejadian luar biasa diare atau keracunan makanan.