1. Menggunakan Varietas Yang Sesuai dan Pengaturan Jarak Tanam
Tanaman cabai dapat tumbuh dengan optimal, sebaiknya gunakan benih unggul yang toleran terhadap curah hujan tinggi. Penggunaan varietas yang sesuai dapat mengurangi resiko kegagalan dan kerugian. Beberapa jenis varietas benih cabai yang toleran terhadap curah hujan tinggi antara lain: Kencana, Ciko (Cabai keriting/cabai besar), Prima Agrihorti, Rabani Agrihorti (Cabai rawit). Untuk jarak tanam berpengaruh terhadap perkembangan berbagai jenis panyakit tanaman cabai. Pada saat musim penghujan jarak tanam sebaiknya dibuat lebih jarang atau lebih lebar. Jarak tanam yang terlalu rapat dapat menyebabkan lingkungan pertanaman menjadi lebih lembab sehingga perkembangan jamur dan bakteri patogen lebih cepat.
2. Pengapuran, Pengaturan pH Tanah, dan Pemberian bakteri Trichoderma sp.
pH tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabai, pH yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat atau kerdil. pH ideal untuk tanaman cabai antara 5,5 – 6,5. Jika pH rendah taburkan kapur dolomit atau kiserit secara merata dan biarkan tersiram hujan. Jika pH masih rendah taburkan dolomit kembali sampai mendapatkan pH yang diinginkan. Selain berpengaruh terhadap pertumbuhan, pH yang rendah juga merupakan kondisi yang ideal untuk perkembangan jamur dan bakteri. Trichoderma sp. merupakan sejenis cendawan yang memiliki aktifitas antifungal dan bermanfaat sebagai biofungisida untuk mencegah perkembangan berbagai jenis jamur patogen sehingga tanaman tumbuh lebih subur dan terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh jamur.
3. Bedengan Yang Lebih Tinggi dan Menggunakan Mulsa Plastik
Pada musim penghujan, bedengan untuk menanam cabai sebaiknya dibuat lebih tinggi dari biasanya, terutama pada lahan datar seperti persawahan. Pembuatan bedengan yang tinggi dimaksudkan untuk menghindari tanaman cabai terendam oleh air hujan yang menggenang. Pada kondisi seperti ini beberapa jenis penyakit berkembang lebih cepat, terutama penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur dan bakteri. Selain membuat bedengan yang tinggi, budidaya cabai saat musim hujan disarankan untuk menggunakan mulsa plastik. Penggunaan mulsa plastik memang akan menambah biaya produksi, tetapi biaya pembelian mulsa sebanding dengan manfaat yang diperoleh. Mulsa plastik bermanfaat untuk menjaga kelembaban tetap stabil sehingga perkembangan jamur dan bakteri didalam tanah bisa diminimalisir, menahan air hujan dan mencegah tanah bedengan menjadi lembab dan becek dan menahan pertumbuhan gulma dimana pada saat musim hujan gulma lebih cepat tumbuh.
4. Pemupukan Yang Berimbang
Pada saat musim hujan sebaiknya penggunaan pupuk nitrogen dikurangi. Pupuk nitrogen yang berlebihan dapat menurunkan pH tanah, selain itu tanaman cabai yang kelebihan pupuk nitrogen lebih rentan terhadap serangan berbagai jenis penyakit. Oleh sebab itu lakukan pemupukan secara berimbang dengan memperhatikan kebutuhan unsur hara oleh tanaman.
4. Sanitasi Sekitar Pertanaman dan Drainase Yang Baik
Sanitasi atau mebersihkan lahan pertanaman cabai dari rumput liar atau gulma merupakan salah satu upaya untuk mengantisipasi perkembangbiakan hama dan penyakit tanaman. Gulma yang dibiarkan tumbuh dapat digunakan oleh organisme pengganggu tanaman (OPT) sebagai tempat bersembunyi dan berkembang biak. Bukan hanya bedengan saja, tetapi pada musim hujan drainase disekitar lahan pertanaman cabai juga harus diperhatikan. Buat saluran-saluran pembuangan air disekitar lahan cabai sebelum bibit ditanam atau bersamaan dengan pengolahan lahan. Perbaikan drainase dilakukan supaya air hujan dapat keluar dan tidak menggenangi lahan tanaman cabai.
5. Memantau Perkembangan OPT Secara Intensif dan Aplikasi Pestisida Secara Tepat dan Benar
Sumber : https://distan.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/23_budidaya-cabai-pada-lahan-sawah-di-musim-penghujan