Lingkungan permukiman dan perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan determinan kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan hampir separuh hidup manusia akan berada di rumah, sehingga kualitas rumah akan sangat berdampak terhadap kondisi kesehatannya (Depkes RI, 2002). Rumah seharusnya menjadi tempat yang bebas dari gangguan, rasa kebersamaan. Rumah yang sehat mampu melindungi dari panas dan dingin yang ekstrim, hujan dan matahari, angin, hama, bencana seperti banjir dan gempa bumi, serta polusi dan penyakit (Wicaksono, 2009).
Sehubungan dengan rumah yang sehat, maka kita dapat mengkaitkannya dengan sanitasi. Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan sedemikian rupa, sehingga munculnya penyakit dapat dihindari. Sanitasi berusaha untuk mengendalikan faktor-faktor lingkungan juga mencegah timbulnya suatu penyakit dan penularannya yang disebabkan oleh faktor lingkungan tersebut, sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat optimal (Depkes 11 RI,2002).
Untuk mengetahui bagaimana kondisi sanitasi rumah di masyarakat, telah dilakukan survei dengan kuisioner online terhadap responden yakni mahasiswa/i dari fakultas ekonomi, Universitas Sriwijaya yang berdomisili di Sumatera Selatan. Pada kuisioner online ini terdapat beberapa pertanyaan yaitu mengenai sanitasi di pemukiman tempat tinggal responden untuk mengetahui kondisi bangunan rumah, sumber air bersih, pengolahan sampah, kepemilikan jamban, sarana pembuangan sampah dan kondisi jamban.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kondisi rumah dengan bata sebagai bahan dinding dan keramik untuk lantai beserta terdapat plafon di langit-langit rumah dengan 26% diantaranya menggunakan asbes sebagai bentuk atap rumah,
Selanjutnya adalah indicator berupa jamban. Dari total jumalah responden, terdapat 86% responden yang memiliki jamban, dengan jenis jamban yang beragam yakni jamban cemplung (14%), jenis leher angsa (20%), jenis jamban duduk (48%), dan jenis jamban lainnya (12%). Namun masih terdapat responden yang tidak memiliki jamban yakni sebesar 14% dari keseluruhan responden.
Tidak hanya kepemilikan jamban dan jenisnya saja yang diperhatikan dalam sanitasi. Kondisi jamban berupa bangunan dan kondisi airnya pun perlu ditinjau. Hampir keseluruhan responden memiliki lantai jamban kedap air, tidak licin, dan ada saluran untuk pembuangan air bekas ke SPAL, eptic tank yang terdiri dari 2 compartmen di tempat tinggal, jamban yang dilengkapi tutup pada lubang pembuangan kotoran beserta pelindung dirumahnya.
Mengenai kondisi air, hampir seluruh responden menyatakan memiliki air yang cukup, dengan kondisi air jernih tidak berbau maupun berasa. Dari 50 responden, terdapat 28 responden yang mendapatkan sumber air yang berasal dari PDAM (56%), 5 responden mendapatkan sumber air yang berasal dari sumur gali (10%), 16 responden mendapatkan sumber air yang berasal dari sumur gali dengan pompa listrik (32%) dan 1 responden mendapatkan sumber air yang berasal dari Sumur bor (2%).
Untuk hal pengelolaan sampah, sebanyak 86% dari responden membuang sampah setiap hari. Sebagian besar dari mereka juga sudah memiliki sarana pembuangan sampah yang kuat dan rapat. Sampah-sampah ini sebagian akan diangkut oleh petugas, namun masih terdapat juga responden yang tidak mengelolah sampah dengan baik yakni dengan cara dibakar dan dibuang ke sembarang tempat.
Melihat dari hasil penelitian ini, ternyata masih ada responden yang sanitasi rumahnya tidak sesuai dengan yang dianjurkan. Hal ini dapat berdampak buruk bagi kesejatan. Dampak-dampak tersebut diantaranya :
1. Dampak jamban yang tidak memenuhi syarat secara umum adalah pencemaran lingkungan dan sebagai sumber penularan atau perantara penyakit. Penyakit yang ditularkan melalui tinja merupakan organisme phatogen yang dikandung dalam tinja/kotoran terdiri atas empat golongan yaitu :
1. Penyakit enteric, misalnya cholera, typus, disentri, diare.
2. Infeksi virus misalnya hepatitis infectiosa.
3. Infeksi cacing misalnya :scimiasis, ascariasis, enterrobiasis
4. Infeksi racun.
2. Seperti yang kita ketahui pengolahan sampah yang tidak baik dan tidak saniter dapat menimbulkan berbagai aspek yang negatif baik terhadap manusia, hewan dan tumbuhan. Adapun akibat negatif ini seperti yang dikemukakan aleh Soebegio tanah dan sumber air permukaan tanah dapat menjadi sarang insekta tikus serta berkembangbiaknya penyakit, menganggu pemandangan dan menimbulkan bau busuk merupakan sumber dan perkembangan hama penyakit yang membahayakan.
3.Apabila kondisi air tidak baik maka dapat memunculkan beragam bentuk penyakit, berikut adalah penyakit yang terkait dengan air (Kusnoputranto, 2000) yaitu :
1.Water Borne Disease, yaitu penyakit yang dapat ditularkan melalui air minum, dimaana air minum tersebut mengadung kumaan pathogen dan terminum oleh manusia maka akan dapat menimbulkaan penyakit. Penyakit- penyakit tersebut antara lain adalah penyakit colera, thypoid, hepatitis, infektosa, disentri, gastroentritis.
2.Water washed Disiase, yaitu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk pemeliharaan hygene perseorangan dan air bagi alat terutama alat dapur dan alat makan. Dengan terjaminya kebersihan oleh tersedianya air yang cukup maka penularan penyakit penyakit tertentu pada manusia dapat dikurangi. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara penularan diantaranya adalah penyakit infeksi saluran pernafasan, salah satu penyakit infeksi saluran pencernaan adalah diare, penularanya bersifat fecal oral.
3.Water Based Disiase, yaitu penyakit yang ditularkan oleh bibit penyakit yang sebagian siklus hidupnya diair seperti Scehistosomiasis Larva scistoma hidup didalam kong air, setelah waktunya larva ini akan mengubah bentuk menjadi carcaria dan menembus kulit kaki) manusia yang berada pada air tersebut
4.Water Rekated Insect vertor, yaitu penyakit yang ditularkan melaui vektor yang hidupnya tergantung pada air misalnya malaria, demam berdarah, filariasis, yellow fever dan sebagainya.
Maka dari itu hendaknya kita menjaga sanitasi di rumah. Mulailah memperhatikan kondisi lingkungan di dalam maupun di luar rumah. Lihat indikator sanitasi rumah apakah sudah baik atau belum, bila belum segeralah melakukan perbaikan. Hal ini guna mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti datangnya penyakit dan gangguan kesehatan dan keselamatan lainnya.