Hartini bukanlah siapa-siapa. Ia hanya seorang ibu rumah tangga yang hidup di desa. Tepatnya di Dusun Bukit Jambi, Kampung Gunung Katun, Kecamatan Baradatu, Way Kanan, Lampung.
Statusnya sebagai IRT tak menghalanginya dalam menjalani sejumlah aktivitas untuk menopang kehidupan keluarganya. Siapa sangka ia mampu menjalankan kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi keluarga sekaligus menunjang ekonomi rumah tangga.
Tak hanya itu, konsep rumah dibangun dengan mengintegrasikan kesehatan lingkungan. Jadilah ada integrasi nutrisi, sanitasi, dan ekonomi dalam menjalankan kehidupan keluarganya. Sederhana tetapi dapat memberi inspirasi untuk tetangga dan orang yang bertamu di rumahnya.
Hidup di desa tak hanya mengandalkan kerja keras. Istilahnya, membanting tulang seharian untuk menafkahi keluarga. Bukan itu tetapi bekerja secara cerdas. Dapat mengatur waktu untuk menjalankan aktivitas sehari-hari secara terencana dan mendapatkan hasil yang optimum.
Kegiatan seabrek-abrek, dengan hasil yang sangat minim sering kali membuat orang merasa hampir putus asa. Apalagi mereka yang bekerja secara serabutan.
Hartini (kiri) menjadi tempat belajar membuat aneka handycraft dari sisa kain (Dokumentasi pribadi)
Punya sebidang tanah, satu dua ekor ternak. Ditambah dengan bekerja paruhan alias menjadi buruh pada orang lain untuk mendapatkan upah harian. Itu semua tidaklah mencukupi. Gali lubang, tutup lubang. Utang di warung kampung.
Recommended by
Kondisi di atas, seringkali ditemukan di kampung-kampung. Dalam diskusi dengan beberapa bapak dan ibu, hal ini memang sering dilakukan. Pinjaman juga tidak lebih banyak digunakan untuk memenuhi keperluan mendesak.
Namun bukan berarti semua orang melakukan hal demikian. Ada yang memilih untuk melakukan pekerjaan harian dengan cerdas. Merencanakan, memilih dan memilah jenis pekerjaan seperti apa yang bisa dilakoninya.
Ibu Hartini termasuk wanita yang bekerja secara smart. Ia hanyalah seorang ibu rumah tangga dengan sederetan kegiatan bermanfaat. Mulai dari berkebun di ladang dan bertanam sayuran atau memelihara ikan di rumah. Namun bisa dikerjakan dengan baik, karena mampu mengatur waktu dengan baik pula.
Tak hanya itu. Ia pun sangat aktif untuk membuat aneka kerajinan tangan dari sisa kain lalu dijual. Termasuk memasarkan hasil pertanian lainnya.
Bak penampung air dari kamar mandi, ditanami dengan eceng gondok, sebagai pembersih air dan daunnya akan digunakan untuk anyaman (Dokumentasi pribadi)
Wanita ini sering bersama dengan sang suami untuk menjalankan aktivitas harian di kebun. Menderes karet, membersihkan kebun. Pulangnya, membawa petai, jengkol dan pisang.
Petai dan jengkol tak dikonsumsi sendiri. Tetapi dijual kepada orang lain. Dititip ke warung-warung atau dibawa kepada pelanggan yang sudah sering membeli barang-barang ini.
Sementara pisang biasa diolah terlebih dahulu menjadi pisang goreng, nagasari atau kripik barulah dititip di warung sekitar. Seringkali kami disuguhi aneka olahan makanan lokal buatan sendiri kala bertamu.
Aktif bekerja, tak membatasi kegiatan sosial kemasayarakatan. Di dusun Bukit Jambi, wanita yang sering membonceng anak lelakinya yang masih kecil kemanapun pergi ini adalah seorang aktifis.
Ia menjadi seorang kader Posyandu dan Bunda program Calistung yang sudah berjalan 2 tahun. Calistung adalah salah satu program PT BWKM yang dilaksanakan oleh masyarakat sendiri. Tak hanya itu, ia pun aktif di organisi PKK dan menjadi sering terlihat di rewangan RT dan dusun.
Hasil panen ikan dari kolam di samping rumah Hartini bisa untuk dimakan dan dijual (Dokumentasi pribadi)
Konsep Mengelola Rumah Tangga Model Hartini
Konsep mengelola rumah tangga ala Hartini terlihat sederhana tetapi mengintegrasikan beberapa aspek sekaligus. Aspek yang diintegrasikan adalah sebagai berikut:
Nutrisi untuk keluarga, diambil dari sayuran, buah-buahan, dan ikan.
Ekonomi rumah tangga, dari usaha sayuran, buah, ikan, handy craft, dan snack.
Sanitasi lingkungan, memanfaatkan air kamar mandi untuk menyiram tanaman. Di dalam bak penampungan, ditanam eceng gondok. Tanaman ini akan dimanfaatkan untuk kerajinan tangan. Selain itu, Hartini juga memanfaatkan sisa-sisa sayuran untuk membuat pupuk organik lalu digunakan untuk memupuk tanamannya.
Hartini mencoba menanam melon di polibag dan dijajarkan di samping rumah (Dokumentasi pribadi)
Demikian pengelolaan rumah tangga ala Hartini. Sekalipun hidup di desa, ia mampu menjadi inspirasi bagi tetangga dan sesama di sekitar kampung. Bekerja secara smart dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki.