Sebagai upaya mewujudkan tukang sanitasi yang mampu mengembangkan produk dan jasa sanitasi, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo memberikan pelatihan pembuatan jamban sehat bagi kader sanitasi desa stunting, Senin hingga Rabu (29-31/7/2019).
Kegiatan ini diikuti oleh 40 orang peserta dari 10 desa lokus stunting tahun 2018 yang memiliki ketertarikan dan minat dalam mengembangkan akses dan layanan sanitasi layak. Sebagai narasumber hadir dari Dinkes Kabupaten Probolinggo dan puskesmas di Kabupaten Probolinggo.
Pelatihan ini dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan. Yakni, pelatihan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas (teory) serta pembelajaran praktek lapangan dilakukan melalui praktek presentasi, teknik menjual dan praktek produksi jamban di Desa Sumberpoh Kecamatan Maron sebagai bahan pembanding.
Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo dr Anang Budi Yoelijanto melalui Kasi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga Sumaryanto mengatakan kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tukang sanitasi dalam teknik maupun manajemen pembuatan jamban, meningkatkan kerjasama tukang sanitasi dengan masyarakat memilih fasilitas jamban serta meningkatkan akses jamban sehat di masyarakat.
“Dengan kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui akses jamban sehat dan perilaku hidup sehat untuk mengurangi prevalensi stunting serta mewujudkan generasi yang berkualitas,” katanya.
Menurut Yanto, penerapan pola hidup sehat mutlak diperlukan agar tercipta lingkungan yang nyaman dan jauh dari penyakit. Banyak penyakit yang sumbernya berasal dari lingkungan yang tidak sehat khususnya yang berhubungan dengan perilaku buang air besar sembarangan diantaranya diare, thypus, cholera, disentri, hepatitis dan sebagainya yang dampaknya sangat besar pada kondisi kesehatan seseorang bahkan tidak menutup kemungkinan terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di suatu wilayah.
“Pemerintah Kabupaten Probolinggo melalui Peraturan Bupati Nomor 32 Tahun 2016 tentang Gerakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) mengajak masyarakat membudayakan hidup bersih dan sehat melalui lima pilar STBM,” jelasnya.
Di Kabupaten Probolinggo pada tahun 2018 diketahui akses jamban baru mancapai 70%. Hal ini masih jauh dari target universal akses yaitu 100%. Meskipun demikian secara bertahap kesadaran masyarakat terus meningkat sejalan dengan upaya program kesehatan lingkungan untuk mewujudkan desa yang bebas dari buang air besar di sembarang tempat (ODF) yang menjadi bagian dari tujuan universal akses.
“Tantangan dan kendala yang ada di masyarakat dalam akses sanitasi yang layak diantaranya adalah kurangnya pengetahuan tentang pembuatan sarana sanitasi (jamban) yang sesuai ketentuan kesehatan dan anggapan bahwa pembuatan jamban dibutuhkan anggaran cukup besar apalagi bagi warga yang kurang mampu hal ini sangat memberatkan. Disamping itu juga tersedianya tenaga tukang yang memahami pembuatan jamban sehat dan murah namun tidak meninggalkan prinsip sanitasi jumlahnya masih sangat kurang,” terangnya.
Mempertimbangkan hal tersebut jelas Yanto, maka sebagai upaya dalam peningkatan akses sanitasi salah satu kegiatan yang dirasa penting adalah dengan memfasilitasi pelatihan bagi tenaga tukang batu di bidang sanitasi. Kegiatan ini merupakan terobosan bentuk pemberdayaan masyarakat, khususnya bagi wilayah desa lokus stunting guna mendukung upaya penurunan kasus stunting melalui intervensi sensitive peningkatan kualitas kesehatan lingkungan.
“Peserta pelatihan dipilih yakni tukang batu karena seiring meningkatnya kesadaran masyarakat, jasa mereka akan sangat dibutuhkan. Dengan keterampilan yang mereka miliki akan mampu membangun jamban sesuai kaidah kesehatan. Hasil pelatihan nantinya diharapkan dapat dikembangkan sebagai bagian dari pengembangan produk dan jasa sanitasi serta media pemasaran produk sanitasi lingkungan dalam bentuk jamban yang murah,” pungkasnya.