Hal itu dikupas dalam kuliah tamu Aplikasi Ilmu Teknik Lingkungan Dalam Teknologi Sanitasi di Indonesia, Rabu (9/11). Ir Prasetyo M Eng, salah satu pembicara dalam kuliah tamu tersebut mengungkapkan banyak negara yang mulai berlomba mengembangkan berbagai teknologi mutakhir untuk memperbaiki sanitasinya.”Sementara itu, Indonesia malah divonis akan terlambat mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) 2030 dalam bidang sanitasi,” jelasnya.
Namun, hanya karena vonis tersebut sudah dijatuhkan, bukan berarti pemerintah Indonesia selama ini diam. “Dari seratus persen target yang harus dicapai, pelayanan sampah ada di angka 86 persen, limbah 62 persen dan drainase 58 persen,” ungkap Prasetyo.
Dalam rangka pemenuhan target tersebut, Direktorat Jenderal Cipta Karya hingga kini aktif membangun berbagai sarana fasilitas sanitasi. Namun untuk memenuhi kebutuhan tersebut, biaya yang dibutuhkan mencapai lebih dari 230 triliun rupiah. Padahal dana yang disiapkan melalui APBN hanya berkisar 35 triliun rupiah.
Mau tidak mau harus ada partisipasi masyarakat dalam penanganan hal ini, padahal Prasetyo menilai masyarakat sendiri belum sadar akan pentingnya sanitasi bagi kehidupannya. “Sungguh tantangan yang sangat berat,” terang pria yang akrab disapa Yoyok ini.
Yoyok menjelaskan kurangnya kesadaran masyarakat tercermin dari banyaknya fasilitas sanitasi terbangun yang justru terbengkalai. Contohnya TPA yang dibangun dengan dana besar agar bisa dijalankan dengan sistem sanitary landfill justru dioperasikan secara open dumping atau ditumpuk begitu saja hanya karena alasan malas menimbunnya dengan benar.
Untuk itu, tambahnya, kunci penting dalam penuntasan sanitasi adalah mengelola masyarakat itu sendiri. Masyarakat perlu sadar akan pentingnya sanitasi guna menciptakan kehidupan masa depan yang lebih baik. Kendala ini tak hanya ditemukan di masyarakat rendah pendidikan saja, tetapi juga di masyarakat intelektual bahkan kelas ekonomi menengah ke atas.
Di akhir, pria yang merupakan alumnus ITS dan Universitas Hiroshima ini menekankan kembali bahwa penyadaran masyarakat harus dilakukan sedemian rupa sehingga benar-benar dapat menarik masyarakat untuk mau peduli pada lingkungan.
Bukan hanya menjanjikan kesehatan, hal lain seperti keindahan kampung dan pendapatan tambahan dari pemanfaatan limbah juga menjadi daya tarik pilihan yang ditawarkan. “Karena berbagai teknologi dan uang akan terbuang percuma jika masyarakatnya sendiri tidak mau campur tangan,” tutup Yoyok.
Sumber : https://www.its.ac.id/news/2016/11/09/kunci-utama-sukses-sanitasi-ada-pada-masyarakat/