Masalah sanitasi hingga buruknya kualitas air minum yang tidak aman mengancam keselamatan anak-anak di seluruh dunia, bahkan Indonesia. Untuk itu, Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) tengah berupaya memperbaiki sanitasi dan air bersih sebagai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang harus dicapai.
“Sanitasi dan air bersih merupakan tujuan ke-6 dari tujuan pembangunan berkelanjutan. Sanitasi dan air bersih merupakan kebutuhan dasar yang meliputi air minum, hygiene dan sanitasi, kualitas air, efisiensi penggunaan air, dan pengelolaan sumber air,” kata Menteri Kesehatan RI Nila Moeloek saat ditemui di Auditorium Siwabessy, Kementerian Kesehatan, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (18/10).Baca Lainnya : Pasca Dua Hari Tanggap Darurat, Penanganan Bencana Fokus pada SanitasiSaat ini, pemerintah telah menetapkan kebijakan nasional pembangunan air minum dan sanitasi yang tertuang dalam Peraturan Presiden nomor 185 tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan sanitasi sebagai upaya untuk mencapai akses universal pada akhir tahun 2019.
“Sanitasi dan air bersih merupakan tujuan ke enam dari tujuan pembangunan berkelanjutan. Sanitasi dan air bersih merupakan kebutuhan dasar yang meliputi air minum, hygiene dan sanitasi, kualitas air, efisiensi penggunaan air, dan pengelolaan sumber air,” tambah Nila.Guna mewujudkannya, Kemenkes telah bekerjasama dengan kementerian terkait serta sejumlah lembaga meluncurkan pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) pada 2008 lalu.Baca Lainnya : Tidak Ada Jakarta pada Daftar 10 Kota Tercemar Dunia Menurut WHOSTBM memiliki 5 pilar STBM, yakni stop BAB sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan, pengelolaan sampah, dan pengelolaan limbah cair.Studi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2007 menunjukkan jika setiap anggota keluarga dalam suatu komunitas melakukan 5 pilar STBM akan dapat menurunkan angka kejadian diare sebesar 94%.
Penyakit akibat sanitasi yang buruk seperti gangguan saluran pencernaan membuat energi untuk pertumbuhan tubuh menjadi teralihkan, sehingga tubuh kurang mempu menghadapi penyakit infeksi.Lebih lanjut dikatakan Nila, sanitasi juga berkaitan erat dengan stunting. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menyatakan 1 dari 3 anak Indonesia menderita stunting. Akses terhadap sanitasi yang baik berkontribusi dalam penurunan stunting sebesar 27%. Jika intervensi yang terfokus pada perubahan perilaku dalam sanitasi dan kebersihan dapat menyebabkan potensi stunting berkurang.
Baca Lainnya : Ebola Mengganas, Dirjen WHO Terjun Langsung ke RD KongoSebagaimana diketahui, sanitasi yang buruk tak hanya berpengaruh pada kesehatan, tapi juga besar pengaruhnya terhadap ekonomi nasional. Indonesia mengalami kerugian ekonomi sebesar 56,7 triliun pertahun akibat kondisi sanitasi yang buruk untuk membayar ongkos pengobatan dan akomodasi.Guna menyukseskan STBM, Kemenkes melalui pemerintah daerah kabupaten/kota telah menetapkan skala prioritas wilayah untuk penerapan STBM. Pemberdayaan masyarakat menjadi kunci utama untuk mewujudkan STBM karena masyarakat selain sebagai obyek juga menjadi pelaku higiene dan sanitasi.