Sanitasi dan masalah air bersih merupakan persoalan mendasar dalam aspek kesehatan. Sayangnya pengelolaan sanitasi dan air bersih, yang merupakan faktor kunci dalam upaya pemeliharaan kesehatan, hingga kini belum menjadi
prioritas pembangunan nasional
Masih rendahnya prioritas pembangunan sektor sanitasi, dari kebijakan dan peraturan hingga cakupan layanan fasilitas menjadi kendala utama bagi peningkatan akses sanitasi bagi masyarakat. Orientasi pembangunan nasional yang selalu mengacu pada pertumbuhan ekonomi, ternyata tidak serta merta membuat kesejahteraan meningkat. Salah satunya adalah dapat dilihat dari masih rendahnya akses air bersih dan sanitasi oleh masyarakat, baik itu diwilayah perkotaan ataupun pedesaan.
Masalah ini memang bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata tetapi juga masyarakat. Pemahamanan masyarakat akan pentingnya air dan sanitasi yang belum memadai, juga merupakan salah satu aspek semrawutnya persoalanan sanitasi di Indonesia. Misal saja, masih banyak masyarakat, baik di kota ataupun pedesaan yang membuang sampah ataupun BAB di sembarang tempat.
Urusan Pribadi
Secara umum, banyak masyarakat yang masih menganggap kualitas sanitasi merupakan urusan masing – masing pribadi. Mereka belum paham, bahwa buruknya Perilaku sanitasi oleh salah satu anggota masyarakat juga akan mempengaruhi kualitas kesehatan anggota masyarakat lainnya. Hal tersebut ditambah lagi dengan belum dijadikannya sanitasi sebagai kebutuhan dasar yang sama pentingnya dengan kebutuhan untuk pangan misalnya. Untuk itu diperlukan suatu kampanye sosial yang efektif guna menumbuh kembangkan perilaku hidup bersih dan sehat dikalangan masyarakat.
Air dan sanitasi juga merupakan bagiandalam proses pembangunan. Hal ini dapat dilihat karena keterkaitannya dengan kesehatan, keluarga, lingkungan serta pengurangan kemiskinan. Kurangnya akses terhadap air bersih dan sanitasi akan mengakibatkan si miskin akan menjadi semakin miskin, karena sanitasi yang tidak dikelola dengan balk akan menimbulkan kerugian, baik secara material ataupun non material.
Secara material, akses air dan sanitasi yang buruk akan mengakibatkan timbulnya penyakit ditengah-tengah masyarakat. Tentunya dengan timbulnya penyakit akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan karena adanya pengeluaran tambahan untuk berobat ke dokter. Yang lebih berbahaya adalah sanitasi yang tidak layak berdampak pada kematian bayi, angka kesakitan dan malnutrisi pada anak yang menjadi ancaman besar bagi peningkatan sumber daya manusia Indonesia. Kerugian lain yang diakibatkan akibat akses dan sanitasi yang buruk adalah tercemarnya sumber air, sehingga diperlukan biaya yang besar untuk mengolah sumber air tersebut hingga dapat layak dikonsumsi.
Persoalan sanitasi memang tidak bisa berdiri sendiri. Keberadaannya sangat erat berhubungan dengan kebutuhan air bersih. Tanpa adanya dukungan tersebut pembangunan sektor sanitasi akan berjalan tersendat. Selain sebagai benda sosial, air juga bersifat ekonomis. Artinya, semua orang harus dapat dan disisi lain persediaanya semakin terbatas. Sayangnya dalam 20 tahun terakhir ini sumber air kita justru jauh berkurang.
Penggundulan hutan, pencemaran sampai cara bersanitasi yang buruk merupakan penyebab berkurangnya akses masyarakt terhadap air bersih. Akibatnya, tidak sedikit dari mereka, terutama masyarakat pedesaan yang memanfaatkan sumber air yang tak terlindungi, seperti air sungai yang tercemar, air hujan ataupun sumur gali tanpa pelindung.
Langkah Terbaik
Bila kita sadari, pembangunan sektor sanitasi yang memadai serta diikuti perilaku hidup sehat masyarakat merupakan langkah terbaik dalam menghadapi berbagai ancaman penyakit. Dengan pelaksanaan program seperti Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan Sanitasi Masyarakat (Sanimas) yang sedang berjalan di berbagai daerah di Indonesia akan membawa masyarakat kita kepada perbaikan sanitasi keluarga.
Dengan laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat serta perluasan permukiman, maka pemenuhan kebutuhan masyarakat akan akses sanitasi jelas tak dapat ditunda-tunda lagi. Pembangunan sektor sanitasi yang berwujud pengelolaan air limbah rumah tangga, termasuk penanganan tinja, serta sampah haruslah terintegrasi serta melibatkan semua pihak, mulai dari pemerintah, swasta, masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat.
Sumber : http://www.ampl.or.id/digilib/read/pembangunan-sanitasi-jangan-ditunda/22254