Buruknya sanitasi di perkotaan terlebih lagi kawasan pedesaan di tanah air masih menjadi kendala pemerintah dalam mewujudkan target yang disyaratkan Milennium Development Goals (MDGs) Tahun 2015. Berdasarkan fakta, Indonesia tergolong negara terbelakang di Asia dibidang infrastruktur sistem jaringan air limbah. Ditengarai, kurang dari 10 kota ditanah air memilii system jaringan air limbah dengan tingkat pelayanan sekitar 1,3% dari total populasi.
Buruknya sanita tersebut mendorong Pemerintah Kota Banjarmasin ikut dalam program Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) yang diprakarsai pemerintah pusat untuk meningkatkan pembangunan sanitasi di tanah air. pelaksanaan program dibidang ini juga tercantum dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) yang dibuat Pemkot Banjarmasin.
Kepala Satker Air Limbah Propinsi Kalimantan Selatan, Agus Mawardi menyatakan Perusahaan Daerah Pengelola Air Limbah (PD-PAL) Kota yang mendapat julukan Kota Seribu Sungai ini telah menuangkan rencana kegiatan peningkatan cakupan pelayanan pengolahan air limbahnya ke dalam RPIJM Bidang Cipta Karya Tahun 2008 “ 2012 untuk Program Air Limbah Domestik (off site). Rencana program juga dimaksudkan sebagai arahan bagi peningkatan cakupan pelayanan pengeloaan air limbah yang dikelola PD.PAL Kota Banjarmasin.
Menurut Mawardi, arahan dimaksud sebagai bentuk dukungan Pemkot Banjarmasin dibidang sektor sanitasi Kota secara menyeluruh yang bertujuan agar pembangunan sanitasi dapat berlangsung secara sistematis, ter-integrasi, dan berkelanjutan. Dia menjelaskan, kondisi eksisting cakupan pelayanan PD.PAL Kota Banjarmasin hingga awal tahun 2008 meliputi 3 wilayah kawasan pelayanan yakni Instansi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Lambung Mangkurat, IPAL Pekapuran Raya dan IPAL Hassan Basry (HKSN). Direncanakan pada 2012 akan ditingkatkan menjadi 5 titik kawasan pelayanan yakni di Kelayan Selatan dan Gatoto Subroto.
Pemerintah Kota Banjarmasin pada tahun ini (2008), tambah Agus Mawardi akan menambah jaringan pipa pengumpul air limbah yang di-ikuti dengan penambahan 500 SR di kawasan IPAL Lambung Mangkurat dan 1.500 SR di Pekapuran Raya (sebelumnya 314 SR). Kapasitas pengolahan juga akan ditambah 2000 M3/hari dari sebelumnya hanya 100 M3/hari di kawasan IPAL HKSN dengan bantuan pusat (APBN).
Tahun ini IPAL berkapasitas 2.000 M3/hari segera dioperasikan di kawasan Pekapuran Raya, ungkap Satker Air Limbah Kalsel.
Agus menjelaskan, Januari 2008 lalu tercatat dari ketiga cakupan layanan tersebut IPAL Pekapuran Raya merupakan yang yang terbesar dengan kapasitas 2.500 M3/hari. Meski demikian, jumlah pelanggan sambungan rumahnya (SR) belum maksimal yakni 314 atau 0,3% cakupan pelayanannya. Sementara itu, IPAL Lambung Mangkurat yang berkapasitas pengolahan 500M3/hari, namun memiliki pelanggan SR diatas 520 (0,44%). Sedangkan IPAL HKSN (100 M3/hari) dengan pelanggan (61 SR) dengan cakupan pelayan (0,05). Total kapasitas sebesar 3.100 M3/hari atau cakupan layanan 0,75% dengan 904 SR.
Target kami 2008 meningkatkan kapasitas pengolahan menjadi 5.100 M3/hari dan target pelanggan 2.904 SR atau 2,42% cakupan layanan,tutur Agus Mawardi Jumat (31/10) lalu di kantornya.
Agus menyatakan, dalam RPIJM Cipta Karya (2008-2012) disebutkan hingga 2012 mendatang Kota Banjarmasin mematok 5 titik kawasan pelayanan IPAL seiring dengan rencana dibangunnya 2 titik kawasan layanan IPAL di daerah Kelayan Selatan dan Gatot Subroto. 5 titik kawasan layanan itu merupakan bagian dari 14 titik layanan yang direncanakan.
Terkait dengan pembangunan IPAL di kawasan Kelayan Selatan (KS) saat ini tengah disiapkan lahan dan pembuatan detail desain (DED). Sedangkan untuk kawasan Gatot Subroto (GS) baik persiapan lahan dan DED-nya baru akan dilakukan tahun 2009. Adapun pembangunannya masing-masing akan dilaksanakan tahun 2011 dan 2012. IPAL-KS berkapasitas 2.000 M3/hari direncanakan beroperasi 2012 dengan 2.000 pelanggan sambungan rumah.
Dengan terealisasinya 5 titik kawasan pelayanan tersebut diharapkan, total sambungan rumah (SR) hingga 2012 sebanyak 30.604 SR dengan dukungan kapasitas IPAL terpasang sebesar 14.100 M3/hari, ungkapnya.
Lebih jauh Agus Mawardi menjelaskan, investasi pengolahan, jaringan perpipaan, sambungan rumah, biaya operasional dan pemeliharaan dibidang air limbah yang memadai dinilai sangat membutuhkan dana besar. Dana sebesar itu diambil dari APBD dan APBN. Dia memperkirakan untuk merealisasikan infrastruktur sanitasi di Kota Banjarmasin hingga 2012 mendatang dibutuhkan sekitar Rp 574 miliar. Dana itu berasal dari PD.PAL (1,13%), APBD Propinsi (20,3%), APBD Kota (35,9%) dan APBN (42,7%).