Jakarta: DKI Jakarta sebagai pusat pemerintahan serta barometer ekonomi Indonesia masih memiliki masalah kependudukan terkait sanitasi. Khususnya pengelolaan limbah cair.
“Jumlah penduduk yang telah dilayani melalui sistem perpipaan dan cakupan wilayah masih sangat rendah, meski angka akses terhadap pengelolaan air limbah sangat tinggi,” kata Kepala Pusat Penelitian LIPI Herry Yogaswara dalam keterangan tertulis, Kamis, 19 November 2020.
LIPI selama ini terlibat dalam pengelolaan limbah cair yang didominasi pengembangan teknologi manajemen bagian hilir. Salah satunya, teknologi toilet pengompos dan pengolahan limbah cair tahu secara anaerobik teknik multitahap.https://04556e0aa4501522f8689c17e33ff561.safeframe.googlesyndication.com/safeframe/1-0-38/html/container.html
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
- Happy
- Inspire
- Confuse
- Sad
Beragam teknologi hilir serta studi kemasyarakat dibutuhkanuntuk mengatasi permasalahan sanitasi di Jakarta. Kajian manajemen kelembagaan di bagian hulu, terutama tata ruang, tak boleh terhenti karena masalah sanitasi belum selesai.
Peneliti Pusat Penelitian Kependudukan, Rusli Cahyadi, mengatakan pengembangan sarana sanitasi berbasis komunitas harus dilakukan di wilayah padat penduduk seperti Jakarta. Rusli menyebut masyarakat di permukiman padat paling rawan masalah sanitasi.
Jakarta telah mengembangkan sanitasi off-site untuk melengkapi sistem utama yang ada. Namun, kata dia, program tersebut mengatasi masalah untuk jangka menengah dan panjang. Program pengembangan sanitasi untuk mengatasi masalah dalam jangka pendek juga harus diperkuat.
Rusli mengatakan program Sanitasi Berbasis Komunitas (Sanimas) di Ibu Kota yang dikembangkan pemerintah menemukan sejumlah kendala. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta kesulitan menggandeng masyarakat agar mau terlibat dalam program Sanimas.
Sumber : https://www.medcom.id/nasional/metro/8N0j8nYk-sanitasi-jadi-tantangan-ibu-kota