Kabupaten Pacitan menargetkan menurunkan angka stunting dari 20,6% menjadi 14%. Hal ini tentunya memerlukan dukungan dan kontribusi dari semua pihak. Stunting sangat erat hubungannya dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat, seperti tidak tersedia sarana air bersih dan sanitasi yang layak. Oleh karena itu, harus dilakukan upaya untuk menyediakan sarana air bersih.
Untuk membuka wawasan mengenai air bersih, Tim Penggerak PKK dan Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Pacitan menggelar sosialisasi “Cerdas Air Hujan” yang dihadiri oleh Babinsa dari 12 kecamatan. Sosialisasi menghadirkan narasumber Praktisi Air Hujan, Sri Wahyuningsih, S. Ag yang merupakan Founder Sekolah Air Hujan Banyu Bening Sleman-DIY.“Korelasi air dengan stunting sangat jelas. Salah satu fungsi air di dalam tubuh adalah sebagai alat transportasi bagi nutrisi dan oksigen ke dalam sel untuk proses regenerasi sel. Maka dibutuhkan air murni atau bisa dengan air hujan untuk bisa optimal mengantarkan nutrisi dan oksigen masuk di dalam sel. Kemurnian air salah satunya dilihat dari besaran angka zat padatan yang terlarut di dalam air,” kata Sri Wahyuningsih, belum lama ini.Di sesi uji kemurnian air dengan alat TDS (Total Dissolved Solids), alat untuk mengukur besaran zat padatan yang terlarut di dalam air, terbukti air hujan paling kecil angkanya. Artinya air hujan paling murni dan ini menunjukkan cluster/kelompok air ini kecil.Sosialisasi “Cerdas Air Hujan” di Pacitan | Foto: Istimewa
“Untuk terjaganya kemurnian air hujan sampai ke kita, mengingat kondisi lingkungan kita saat ini, perlu dengan SOP sederhana. Yakni, lewatkan air hujan pertama dan kedua atau yakinkan polutan atap sudah bersih ketika pasca kemarau panjang. Hujan berikutnya tampung, filter (saring) dan simpan di tempat tertutup dan hindarkan dari sinar matahari langsung,” sambung dia.Air hujan, sambungnya, tidak ada kadaluarsanya. Setelah melalui proses penyaringan, tutup rapat wadah penampungan air hujan. Cara menyimpan, jauhkan dari pencahayaan sinar matahari, agar tidak terjadi munculnya spora lumut yang menjadikan air berubah warna. Sewaktu-waktu air bisa di konsumsi tanpa melalui proses tambahan.“Selama ini kita mengalami krisis edukasi pengetahuan. Bahwa yang benar adalah, dasar air permukaan di bumi ini adalah dari air hujan, hal ini lalu menjadikan sumber mata air bagi makhluk hidup lainnya, yang juga menjaga konservasi tanaman di sekitar sumber air,” lanjutnya.“Karena tanaman di sekitar sumber itulah yang meminum air hujan dan menabungnya. Dan juga sebagai pelindung (pencengkeram) tanah agar tidak terjadi longsor. Yuk bersama cerdas pengetahuan mengambil sikap cepat tepat dengan konsep 5M (menampung, mengolah, minum, menabung, mandiri). Tidak mudah bukan berarti tidak mungkin,” tandasnya.
Sumber : https://www.kedaipena.com/turunkan-angka-stunting-dengan-air-hujan/